Sabtu, 29 November 2008


Aku Merasa Suamiku Dikorbankan

Tidak ada hujan tidak ada angin, suamiku direbut aparat kepolisian karena dituduh melakukan pemalsuan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon Surat Ijin Mengemudi (SIM). Padahal tidak ada firasat apapun terhadap kami.

Selama 3 tahun bersama Muhammad Irfan, suamiku, aku Ny. Frida (22) asal Malang, selalu membantu pekerjaan suamiku walaupun secara hukum pekerjaan itu melanggar aturan yang berlaku.

Profesi suamiku adalah seorang calo yang setiap harinya mencari pemohon SIM untuk diuruskan kemudahan mendapatkan SIM tersebut. Dari hasil keuntungan itulah yang membuat kami bisa bertahan hidup.

Memang, petugas di Satpas Colombo sudah meningkatkan pelayanan public dan tidak memberi ruang kepada para calo atau makelar berkeliaran disana. Tetapi bagaimana lagi, suamiku hanya mempunyai pengalaman yang pernah didapatkannya sewaktu bekerja di Colombo tepatnya di ruang pengujian teori SIM.

Pengalaman dan kecerdasan otak untuk mengingat soal-soal ujian teori inilah yang dimanfaatkan suamiku untuk mencari keuntungan. Pemohon sebelum masuk keruangan teori untuk ujian, Irfan suamiku, terlebih dulu mengajarkan dan memberi soal-soal ujian yang pernah dia ingat dikepalanya saat masih bekerja di ruangan teori Satpas Colombo kepada para pemohon SIM yang mau memakai jasanya.

Suamiku sudah menyadari dan mengakui perbuatan yang dilakukannya tetapi yang tidak bisa diterima oleh kami, kenapa hanya Irfan dan Slamet sedangkan yang lainnya saat sama-sama ditangkap juga tidak dijebloskan tahanan. Ini yang membuat saya tidak terima.

Sebelumnya, beberapa bulan yang lalu sebelum suamiku ditangkap bersama-sama dengan Slamet dan dua rekan lainnya. Suamiku kedatangan dua orang penting Satpas Colombo, aku sendiri juga duduk bersama mereka tetapi aku hanya mendengarkan pembicaraan mereka. Pada intinya dua orang penting tersebut menyarankan kepada suamiku untuk menghentikan kegiatannya yang dinilai sangat merugikan satpas Colombo yang sedang berbenah diri untuk meningkatkan pelayanan public.

Saya sendiri sebagai seorang istri menyadari kalau profesi yang dilakukan suamiku melanggar aturan yang berlaku.

Ny. Frida saat ditemui Tim TIPIKOR mengatakan pasrah atas apa yang dialami suaminya. Tim TIPIKOR sendiri tidak bisa berbuat apa-apa atas apa yang dialami keluarga muda ini dan merasa kasihan melihat Ny. Frida yang sudah hamil 9 bulan dan tinggal menunggu kelahiran anak pertamanya dalam minggu-minggu ini. Apalagi dirinya tidak mempunyai biaya untuk melahirkan. Tidak hanya itu saja, untuk tempat tinggal pun, Ny. Frida menumpang di rumah salah satu wartawan TIPIKOR.

Ny. Frida berharap kepada aparat penegak hukum untuk memberikan keadilan kepada suaminya. Dirinya merasa kalau suaminya dikorbankan padahal beberapa rekannya juga melakukan perbuatan yang sama. (Tim Sby)

Tidak ada komentar: